PAYAKUMBUH, mimbarnasional.com — Hampir 40 tahun lalu para arkeolog melakukan ekskavasi/penggalian di Situs Menhir Bawah Parit, Maek. Penggalian oleh tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bekerjasama dengan Bidang Muskala Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat itu, berhasil menemukan 7 rangka manusia yang dikubur di bawah menhir-menhir Bawah Parit.
Hampir 40 tahun pula tak ada kemajuan berarti dalam menindaklanjuti temuan 7 rangka manusia Maek itu. Tak ada rancangan penelitian lanjutan yang mendalam dan serius terhadap temuan tersebut. Tak ada dorongan kuat untuk meneliti peradaban kuno Maek secara lebih mendalam dan luas.
Hal itu disampaikan Ketua DPRD Supardi, SH ketika membuka Diskusi Internasional Hasil Riset dan FGD pada Pra Festival Maek, dengan pembicara dari Mesir, Jepang dan Indonesia, di Aula Ngalau Indah Balaikota Payakumbuh, Minggu 14 Juli 2024.
“Peradaban Maek masih dalam tabir misteri yang belum terungkap. Cerita peradaban ini merupakan eksistensi keberadaan bagi ranah minang dan Sumatera Barat,” ungkap Ketua DPRD Sumbar, Supardi .
Dikatakan, inspirasi peradaban Maek sejak tahun 2022, lalu di diskusikan dengan para tokoh tokoh dosen, Masyarakat Maek melihat peluang dan potensi besar ini.
“Para pakar peneliti dunia dan UGM telah memulai berbagai ekskafasi terhadap tengkorak yang ditemukan, namun belum menemui titik terang baik dalam DNA maupun masa usia keberadaan peradaban Maek”, ujarnya Supardi.
Pelaksanaan festival Maek ini kata Supardi mendapat suport banyak orang terbaik dalam upaya mengungkap keberadaan peradaban dalam bentuk acara festival Maek ini.
“Jika ini terungkap tentunya membuka mata dunia internasional dan ini akan memberikan dampak luak Limapuluh Kota dan Sumatera Barat akan menjadi perhatian dunia,” ungkap Supardi.
Supardi menambahkan, peneliti UGM melakukan eksapasi tengkorak Maek pada tahun 1985. Dan disisi lain pusat riset Brin juga melakukan ekafasi tahun 2005 bahwa di Dagung-dangung termukan usia Menhir pada abad 1- 8 sebelum Masehi.
“Ini jelas sebelum Islam belum masuk ke Indonesia. Dan saat ini masih menunggu akhir Juli 2024 hasil carbon deting tengkorak Maek oleh labor Australia, mudah mudahan keluar, perkiraan sementara ada 4000 tahun Sebelum Masehi. Seperti apa maek besar zaman itu..?,” jelasnya.
Sekdako Payakumbuh, Rida Ananda MSi juga mengatakan, mengalir sejarah maek, memberitahu dunia ada bukti sejarah luak limapuluh.
“Atas nama pemerintah kota menyambut kegiatan ini karena kunjungan akan meningkat di payakumbuh. Payakumbuh city of randang, siap menyambut kedatangan para tamu festival Maek,” ujarnya.
Kadis Kebudayaan Kabid Budaya minangkabau Asril, Limapuluh Kota kaya dengan peninggalan sejarah. Nagari Maek kecamatan Bukit Barisan merupakan aset potensi besar wisata kebudayaan dan peradaban.
“Kegiatan diskusi Intenasional Hasil Riset merupakan rangkaian festival yang akan di selenggarakan di Nagari Maek nantinya pada tanggal 17-20 Juli 2024. Ketua DPRD Sumbar sosok Supardi sangat inten sekali tentang kebudayaan, adat istiadat dan lain -lain untuk memajukan Sumbar, kita bangga akan hal tersebut,” ujarnya.
Seperti diketahui, Maek bisa dikatakan ditelantarkan dalam gelanggang penelitian arkeologi Indonesia, apalagi dunia. Lembah tempat berdiamnya ratusan menhir dengan berbagai tipe, ukuran, dan pola ukir, seperti kurang menarik untuk dijadikan lahan penelitian arkeologis.
Begitu banyak pertanyaan tentang peradaban kuno Maek. Siapakah mereka sebetulnya? Bagaimana struktur sosialnya? Apa kaitannya dengan kebudayaan Minangkabau? Bagaimana posisinya di antara peradaban-peradaban kuno di Indonesia dan dunia? Berapa umur peradaban itu?
Tapi sejak 2023 lalu, muncul keinginan dari kalangan masyarakat, pemerintah, DPRD, serta masyarakat Maek sendiri, untuk betul-betul mendudukkan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat dengan dukungan Ketua DPRD Sumbar, Supardi, membentuk tim ahli untuk mengumpulkan kembali data-data arkeologis terdahulu, terutama 7 rangka manusia Maek.
Tim ahli itu kemudian bekerjasama dengan lembaga penelitian seperti BRIN, UGM, Labor Unpad, melakukan penelitian ulang atas 7 rangka manusia Maek itu. Tak hanya penelitian ulang, penelitian uji karbon dan tes DNA juga tengah dilakukan bekerjasama dengan Universitas Adelaide, Australia.
Di samping itu, Dinas Kebudayaan juga membentuk tim feasibility study, untuk mengkaji kawasan Maek dari berbagai sisi. Tim ini berhasil sejumlah temuan baru terkait menhir Maek, mulai dari tipologi hingga pola ukir yang selama ini belum dikenali. Mereka juga ‘menemukan’ sejumlah situs baru di Maek.
“Beberapa temuan baru dan hasil riset laboratorium dan penelitian lapangan di Maek, akan didiskusikan dan dipamerkan kepada khalayak,” kata Direktur Program Festival Maek, Robby Satria.
Diskusi-diskusi tersebut digelar di Lantai 3 Kantor Balaikota Payakumbuh selama 2 hari, dari 14 hingga 15 Juli 2024. Diskusi lainnya akan berlangsung di Agam Jua Cafe pada 16 Juli 2024.
“Setelah kegiatan pra-festival, kita akan segera menggelar puncak festival di Maek selama 4 hari, dari 17 – 20 Juli 2024,” tutup Robby sambil menambahkan bahwa sejumlah pertunjukan menarik telah disiapkan untuk acara puncak di Maek. (ms/adv/ald)