Pengusaha Minang Sebut Tol Padang–Pekanbaru Bakal Jadi “Jackpot” Ekonomi Sumbar

Keberadaan tol ini akan membawa dampak besar bagi perekonomian Sumatera Barat.

PADANG,mimbarnasional – Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, khususnya ruas Padang–Pekanbaru, masih berjalan lambat. Hingga kini, baru satu ruas di Sumatera Barat yang beroperasi, yakni Tol Padang–Sicincin (Pacin).

Padahal, banyak pihak meyakini bahwa keberadaan tol ini akan membawa dampak besar bagi perekonomian Sumatera Barat. Pengusaha nasional asal Minang, Jefri Nedi, bahkan menyebut Tol Padang–Pekanbaru sebagai “jackpot ekonomi” bagi Sumbar.

Bacaan Lainnya

“Dampaknya sangat besar di berbagai sektor. Tol ini bukan cuma memperpendek waktu tempuh, tapi juga mendorong distribusi barang dan mobilitas orang antara Sumbar dan Riau. Efeknya akan luar biasa bagi ekonomi riil,” ujar Jefri Nedi dalam diskusi via Zoom bersama wartawan di Padang, Rabu (8/10/2025).

Menurutnya, tol tersebut akan membuka peluang baru di sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata. Saat ini, perjalanan dari Padang ke Pekanbaru masih memakan waktu lebih dari delapan jam melewati jalur Lembah Anai dan Sitinjau Lauik yang berliku serta rawan longsor. Dengan adanya tol, waktu tempuh diperkirakan bisa dipangkas menjadi 3–4 jam saja.

“Efisiensi transportasi ini akan memangkas biaya logistik, terutama untuk hasil pertanian dan perkebunan seperti sawit, gambir, karet, kopi, kelapa, dan sayur mayur,” tambah Jefri.

Jefri menilai keberadaan tol ini akan menjadi angin segar bagi petani dan pelaku usaha kecil di Sumbar. Biaya distribusi yang lebih murah akan membuat harga jual hasil panen lebih kompetitif.

“Pendapatan petani sawit, karet, gambir, kopi, dan kelapa pasti meningkat. Tol ini membuka pasar lebih luas,” jelasnya.

Tak hanya itu, sektor pariwisata juga disebut bakal ikut terdongkrak. Dengan akses jalan yang lebih cepat dan nyaman, wisatawan dari Riau diperkirakan akan semakin banyak berkunjung ke Sumbar, terutama saat akhir pekan.

“Setiap jengkal tanah di Sumbar bisa jadi destinasi wisata. Alam, laut, lembah, budaya, dan wisata religi — semua ada. Dengan tol, wisatawan akan lebih mudah datang. Jackpot-nya justru ada di Sumbar,” kata Jefri penuh optimisme.

Meski begitu, proses pembangunan Tol Padang–Pekanbaru masih menghadapi berbagai kendala. Dari sisi pendanaan hingga pembebasan lahan, proyek ini berjalan paling lambat di antara ruas lain di Trans Sumatera.

Jefri mengingatkan bahwa pemerintah daerah juga harus siap menghadapi perubahan pola ekonomi ketika tol beroperasi penuh.

“Pemda perlu menyiapkan pusat ekonomi baru di pintu-pintu tol, melatih UMKM lokal, dan mengantisipasi pergeseran pola distribusi. Tol bukan cuma soal jalan, tapi kesiapan kita memanfaatkan peluang,” tegasnya.

Berdasarkan proyeksi Bappeda Sumbar, jika Tol Padang–Pekanbaru beroperasi penuh, sektor perdagangan, pertanian, dan pariwisata akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah naik hingga 1,2 persen per tahun.

“Ruas Tol Padang–Pekanbaru ini motor baru perekonomian Sumatera Barat. Ini lompatan besar menuju kemajuan Sumbar,” tutup Jefri Nedi.(ij)

Pos terkait