Pedoman Dalam Berprilaku Orang Minangkabau

Monica Milda Fitriani. (foto dok)

Oleh: Monica Milda Fitriani
(Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas )

Pepatah petitih merupakan kalimat atau sebuah ungkapan yang di dalamnya terdapat makna. Pepatah-petitih sering di ucapkan oleh orang minangkabau saat berbicara. Berbicara menggunakan khiasan itulah yang sering di lakukan oleh orang minang. petatah petitih juga merupakan bagian dari sastra lisan. Orang minang suka berbicara warung saja juga dijadikan sebagai tempat untuk berdiskusi oleh orang minang. Pepatah petitih juga merupakan acuan dalam bertingkahlaku di balik makan yang di sampaikan tersirat sebuah pesan.
“ Adat biaso kito pakai
Limbago nan samo dituangkan
Nan elok samo di pakai
Nan buruak samo dibuang”
Pepatah ini merujuk kepada nasehat dalam berprilaku. Sebuah tingkah laku yang baik haruslah kita pakai dan kita jadikan sebuah pedoman namun sebaliknya jika perilaku yang buruk itu harus kita hindari dan bahkan buang sejauh mungkin. Etika sopan santun itu yang sering di lihat saat bermasyarakat misalnya saja dalam bertegur sapa merubah sifat dari yang banyak kekurangannya sampai ke yang baik itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan harus terus membiasakan diri untuk hidup lebih baik.
“Baraja ka nan manang,
mancontoh ka nan sudah”
maksud dari pepatah ini ialah belajar dan mencontoh ke yang sudah berpengalaman baik. Belajar dari yang sudah duluan mencoba dari kita.
“ cupak usali, diasak layua di cabuik mati” maksud dari pepatah ini adalah pepatah ini menjelaskan mengenai cupak asli yang mana ketika cupak itu di pindahkan maka cupak itu akan layu dan jika di cabut maka itu akan mati. Jika memindahkan suatu kebenaran yang sudah ada maka kebenaran yang di pindahkanan tersebut tidak akan di akui lagi.
“ cupak papek gantang piawai
Kok maukua samo panjang
Kok mangati samo barek
Kok mambilai samo laweh
Pepatah ini menjelaskan yang pertama saat menakar beras itu harus rata dan tidak boleh berkurang, kedua jika ingin mengukur harus lah dengan secara sama panjang tidak boleh terlalu pendek atau terlalu panjang, ketiga jika menimbang haruslah sesuai sama berat, jika ingin membagi atau memilih sama ukurannnya dari mulai lebar dan panjangnya. semua orang memiliki tanggung jawab untuk bekerja secara profesional dan adil. Apa lagi saat berjualan saat menimbang itu harus sesuai tidak boleh kurang dan jika ingin melebihkan itu boleh. Saat menjual barang orang yang membeli dagangan merasa untung dan orang yang menjual barang tersebut juga mendapat ke untungan.
Kedua pepatah ini membahas mengeni cupak. Mengapa cupak yang di jadikan sebuah acuan dalam pepatah ini ? apa sih sebenarnya cupak ini ? cupak merupakan alat ukur yang sering digunakan saat mengukur beras. Pada saat mengukur beras itu tidak boleh kurang dan jika berlebih penjual akan merasa rugi dan jika berkurang pembelilah yang akan merasa rugi jadi untuk itu lah cupak di gunakan sebagai alat penimbang agar semua itu rata. Kedua pepatah ini mengandung makna mengenai perdagangan (nilai ekonomi).
“ Baban sakoyan dapek di pikua
Budi saketek taraso darek “
Maksud pepatah ini adalah beban yang sangat berat dapat di pikul dan dapat di selesaikan secara tuntas sementara budi yang sedikit tersa berat tak mampu untuk memikulnya.
Semua pepatah yang di jelaskan ini merupakan pedoman dalam berprilaku. baik secara berdagang sampai etika dan sopan santun. Serta keadilan yang mana itu harus di tindak seadilnya. Makan dalam pepatah sangat berpedoman kepada adat dan agama.***

Pos terkait